Pernah dengar ketika ada pasien yang mengatakan obat yang mereka minum tidak manjur??Mungkin bukan hanya pasien bahkan mungkin keluarga kita sendiri ada yang mengatakan bahwa minum obat A gak manjur padahal si B minum obat A manjur. Perlu diketahui bahwa suatu obat dapat saja manjur dan aman untuk penyakit yang diderita seseorang, tetapi dapat juga tidak manjur untuk penderita lain, atau bahkan justru menimbulkan efek samping atau efek toksik pada penderita lainnya walaupun penyakit yang diderita sama. Keragaman efek suatu obat terhadap seseorang merupakan interaksi dari faktor lingkungan dan faktor genetik.
Faktor Lingkungan
Yang termasuk dalam faktor lingkungan antara lain adalah
- Faktor nutrisi
- Adanya obat-obat lain yang digunakan bersama
- Faktor penyakit
- Faktor gaya hidup, seperti merokok atau konsumsi alkohol, dll.
Faktor-faktor lingkungan ini berinteraksi dengan faktor genetik yang mengkode berbagai penentu nasib obat dalam badan dan efek obat seperti :
- Reseptor
- Kanal ion
- Enzim pemetabolisme obat.
Faktor Genetik
Dan dalam kaitannya dengan faktor genetik, orang pada ras tertentu misalnya, ternyata memiliki jumlah enzim pemetabolisme yang lebih banyak daripada orang lain akibat variasi genetik. Sehingga menyebabkan keberadaan obat di dalam tubuh menjadi dipersingkat (karena metabolismenya diperbesar) dan efeknya pun menjadi lebih kecil.
Atau sebaliknya, ras lain mengalami mutasi pada gen tertentu yang menyebabkan berkurangnya kemampuan tubuh memetabolisme obat sehingga keberadaaan obat dalam tubuh meningkat dan efeknya menjadi besar atau bahkan toksis.
Contohnya : reaksi enzim CYP2C19 yang mencerna atau memetabolisme obat tidur diazepam, antidepresi, dan obat sakit maag. Bila seseorang memiliki tipe gen buruk yang enzimnya tidak mampu atau tidak baik dalam metabolisme obat-obatan itu, maka obat itu akan menumpuk dalam darah atau tubuh hingga bersifat toksik. Normalnya, obat akan habis dimetabolisme tubuh dalam waktu delapan jam.
Bila obat tidur tersebut memberikan respons negatif bagi etnis Timur atau bangsa Asia, kondisi sebaliknya terjadi untuk obat antibiotik yang dimetabolisme oleh enzim CYP2D6. Obat antibiotik memiliki respons negatif lebih besar pada etnis Barat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi khasiat obat
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi khasiat obat dalam tubuh pasien seperti yang terlihat pada bagan dibawah ini dari obat yang mulai diberikan kepada pasien sampai dengan kadar ditempat kerja obat.
Dosis yang diberikan kepada pasien melalui resep
Ketika seorang pasien mendapatkan suatu resep obat, pasien akan diberikan resep sesuai dengan dosis yang dibutuhkan namun mengapa obat tersebut bisa tidak berkhasiat? Ada 2 faktor yang menyebabkan obat tidak berkhasiat yaitu :
Ketidakpatuhan Pasien
Faktor penyebab ketidakpatuhan digolongkan kedalam dua aspek utama
Pertama, aspek pengetahuan pasien.
- Pasien tidak memahami bahaya laten yang tersembunyi dibalik penyakit yang diderita sehingga mereka santai-santai saja sekalipun telah didiagnosis menderita penyakit itu.
- Mereka tidak menganggap penting untuk berkonsultasi secara teratur kepada dokter. Apalagi untuk meminum obat dengan patuh
Kedua, aspek keuangan.
- Semakin hari, harga barang-barang kebutuhan menjadi semakin tinggi, sehingga tidak jarang faktor keuangan menjadi penghambat yang cukup bermakna. Sekalipun pasien mengerti manfaat pengobatan yang teratur, namun jika dari sisi keuangan masih merasa berat untuk menjalani pengobatan maka tujuan dari pengobatan tersebut tidak dapat dicapai.
Kesalahan Medikasi
Termasuk dalam faktor kesalahan medikasi ini adalah adanya Pemakaian obat yang tidak rasional.
Ada beberapa Ciri-ciri peresepan tidak rasional (sudah ada penjelasan diartikel sebelumnya) diantaranya adalah :
- Peresepan berlebih (over prescribing)
- Peresepan yang kurang (under prescribing)
- Peresepan tidak tepat (incorect prescribing)
- Peresepan yang boros (extravagant prescribing)
- Peresepan dalam jumlah dan jenis yang banyak (multiple prescribing)
Mengapa ada peresepan yang tidak rasional? Ada beberapa penyebab yang bisa berpengaruh terhadap peresepan tidak rasional diantaranya adalah :
- Kurangnya pengetahuan dari tenaga kesehatan dalam ilmu obat-obatan
- Adanya kebiasaan meresepkan jenis atau merk obat tertentu.
- Kepercayaan masyarakat terhadap jenis atau merk obat tertentu.
- Keinginan pasien yang cenderung ingin mengkonsumsi obat tertentu, dengan sugesti menjadi lebih cepat sembuh.
- Adanya sponsor dari industri farmasi obat tertentu.
- Pemberian obat berdasarkan adanya hubungan baik perorangan dengan pihak dari industri farmasi.
- Adanya keharusan dari atasan di dalam suatu instansi atau lembaga kesehatan untuk meresepkan jenis obat tertentu.
- Informasi yang tidak tepat atau bias, sehingga pemakaian obat menjadi tidak tepat.
- Beban pekerjaan yang terlalu berat sehingga tenaga kesehatan menjadi tidak sempat untuk berpikir soal rasionalitas pemakaian obat.
- Adanya keterbatasan penyediaan jenis obat di suatu instansi atau lembaga kesehatan tertentu.
Dosis yang diminum
Setelah obat diminum oleh pasien faktor yang berpengaruh pada khasiat obat adalah faktor farmokinetik yang meliputi faktor ADME (adsorbsi, distribusi, metabolisme dan Eksresi) suatu obat dalam tubuh pasien.
Kadar Di Tempat Kerja Obat
Ketika obat sudah masuk ke dalam tubuh yaitu pada tempat kerja obat faktor yang mempengaruhi kerja obat adalah faktor farmakodinamika yang meliputi
- interaksi obat reseptor
- keadaan fungsional jaringan
- mekanisme homeostatik
Respon Penderita
Faktor Farmakokinetika dan Faktor Farmakodinamika tersebut dipengaruhi juga oleh beberapa faktor yang sangat mempengaruhi khasiat obat. Faktor-faktor tersebut meliputi :
Kondisi Fisiologik
Perbedaan usia pada masa tertentu menyebabkan respon obat pada tubuh juga berbeda
- Anak
Pada penghitungan dosis pada anak dengan menggunakan hitungan BB sering menghasilkan dosis yang
terlalu kecil
- Neonatus dan bayi prematur
Perbedaan respon yang utama disebabkan oleh belum sempurnanya berbagai fungsi farmakokinetik tubuh
yakni :
- Fungsi biotransformasi hati yang kurang
- Fungsi ekskresi ginjal yg hanya 60-70% dari fungsi ginjal dewasa
- Kapasitas ikatan protein yang rendah
- Sawar darah-otak serta sawar kulit yang belum sempurna
- Usia Lanjut
Perubahan respon penderita usia lanjut disebabkan
- Penurunan fungsi ginjal
- Perubahan faktor-faktor farmakodinamika
- Adanya berbagai penyakit , mis peny ginjal dan hati
- Penggunaan banyak obat sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya interaksi obat
Kondisi Patologik
- Penyakit saluran cerna : Penyakit ini dapat mengurangi kecepatan atau jumlah obat yang diabsorbsi pada pemberian obat melalui perlambatan pengosongan lambung, percepatan waktu transit dalam saluran cerna, atau metabolisme dalam saluran cerna.
- Penyakit kardiovaskular : Penyakit ini mengurangi distribusi obat dan alir darah ke hepar dan ginjal untuk eliminasi obat sehingga kadar obat tinggi dalam darah dan menimbulkan efek yang berlebihan atau toksik.
- Penyakit hati : Penyakit ini mengurangi metabolisme obat di hati dan sintesa protein plasma sehingga meningkatkan kadar obat terutama kadar bebasnya dalam darah dan jaringan yang menimbulkan respon berlebihan atau efek toksik, perubahan respon terlihat pada penyakit hati yang parah, sedang untuk penyakit hati yang ringan tidak terlihat.
- Penyakit Ginjal : Mengurangi ekskresi obat aktif maupun metabolitnya yang aktif melalui ginjal à meningkatnya kadar dalam darah dan jaringan menimbulkan respon yang berlebihan atau efek toksik
Interaksi Obat
Adanya obat-obat lain yang digunakan bersama dapat pula saling berinteraksi yaitu dapat menurunkan atau mengubah efek obat lain sehingga respon seseorang terhadap obat bisa berbeda dengan orang lain yang mungkin tidak mengalami interaksi obat.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas ada juga faktor lain yang berpengaruh diantaranya adalah :
- Faktor nutrisi/ diet pasien : misalnya seorang penderita hipertensi yang mestinya diet garam, jika tidak disiplin terhadap asupan garam, tentu efek obat tidak akan nyata terlihat, dibandingkan dengan penderita hipertensi lain yang menjaga asupan garamnya
- Bisa juga dikarenakan keparahan penyakit dan gaya hidup seseorang, hal tersebut mungkin akan mempengaruhi respon seseorang terhadap obat.
Leave a Reply