Interaksi obat adalah suatu perubahan efek yang terjadi pada suatu obat ketika obat tesebut digabungkan dengan pemakaian obat yang lain, dengan makanan, obat-obat tradisional maupun dengan senyawa kimia yang lain. Interaksi antar obat yang di konsumsi bersamaan dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya khasiat obat atau yang lebih parah dapat meningkatkan efek samping dari obat-obatan tertentu sehingga membahayakan kesehatan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi interaksi obat diantaranya adalah :
- Usia (bayi dan lansia)
- Perbedaan suku bangsa (farmakoginetik)
- Fungsi hati dan ginjal
- Komplikasi penyakit
- Obat itu sendiri yang meliputi : Jumlah obat, lama pengobatan, jarak waktu antara penggunaan dua jenis obat dan bentuk sediaan
- Diet.
Mekanisme interaksi obat
Ada beberapa macam mekanisme interaksi obat yang dapat terjadinya diantaranya :
- Interaksi farmasetik atau inkompatibilitas
- Interaksi farmakokinetik
- Interaksi Farmakodinamika
INTERAKSI FARMASETIK ATAU INKOMPATIBILITAS
- Pada interaksi Farmasetik atau inkompatibilitas ini biasanya terjadi di luar tubuh yaitu sebelum obat diberikan kepada pasien. Pada interaksi ini bisa terjadi interaksi langsung secara fisik atau kimiawi misalnya antara obat yang tidak dapat campur yang terlihat sebagai pembentukan endapan, atau perubahan warna
- Contoh Interaksi farmasetik yang terpenting adalah interaksi antar 2 obat suntik dan interaksi antara obat suntik dengan cairan infus.
- Contoh obat yg tidak bisa dicampur dalam satu spuit atau dengan cairan infus : gentamisin mengalami inaktifasi bila dicampur dengan karbenesilin, juga penisilin G bila dicampur dengan vitamin C, Amfoterisin B mengendap dalam larutan Nacl atau RL.
- Untuk menghindari terjadinya interaksi farmasetik atau inkompatibilitas ini maka :
1. Jangan mencampur obat dalam infus, bila tidak diketahui sifatnya.
2. Berilah obat sebagai bolus.
3. Bacalah product information obat
4. Obat dalam infus harus dicampur baik.
5. Perhatikan perubahan warna dan kekeruhan.
6. Berilah label yang jelas : nama obat,dosis, waktu infus dimulai dan dihentikan.
7. Bila perlu memakai dua tempat infus.
8. Carilah kepustakaan lebih lanjut bila ragu-ragu.
INTERAKSI FARMAKOKINETIKA
Terjadi bila salah satu obat mempengaruhi ADME (Adsorbsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi) obat ke dua sehingga kadar plasma obat kedua meningkat atau menurun dan terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektifitas obat tersebut.
Interaksi obat dalam Adsorbsi :
- Dalam mekanisme Adsorbsi di dalam saluran cerna dapat terjadi interaksi langsung misalnya interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam lumen saluran cerna sebelum adsorbsi sehingga dapat menggangu proses adsorpsi. Untuk mengurangi terjadinya hal tersebut, obat yang dapat berinteraksi diberikan dengan jarak waktu minimal 2 jam. Selain interaksi langsung, perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus juga berpengaruh : di dalam usus adsorpsi terjadi jauh lebih cepat daripada di lambung maka makin cepat obat sampai di usus halus makin cepat pula adsrobsinya.
Interaksi dalam Distribusi :
- Dalam proses distribusi ini terjadi interaksi dalam ikatan protein plasma. Banyak obat terikat pada protein plasma, dan untuk obat yang asam terutama terikat pada albumin, sedangkan obat yang bersifat basa terikata pada asam α1-glikoprotein. Interaksi dalam ikatan protein yang menimbulkan masalah dalam klinik adalah yang mempunyai sifat-sifat seperti : mempunyai ikatan yang kuat dengan protein plasma (minimal 85%) dan volume distribusi yg kecil, mempunyai batas keamanan yg sempit.
Interaksi dalam Metabolisme
Interaksi dalam Metabolisme ini dapat terjadi dua reaksi metabolisme yaitu Metabolisme dipercepat dan Metabolisme diperlambat.
Metabolisme dipercepat :
- Beberapa obat bisa meningkatkan aktivitas enzim hepatik yang terlibat dalam metabolisme obat-obat lain. Misalnya fenobarbital meningkatkan metabolisme warfarin sehingga menurunkan aktivitas antikoagulannya. Pada kasus ini dosis warfarin harus ditingkatkan, tapi setelah pemakaian fenobarbital dihentikan dosis warfarin harus diturunkan untuk menghindari potensi toksisitas. Sebagai alternative dapat digunakan sedative selain barbiturate, misalnya golongan benzodiazepine. Fenobarbital juga meningkatkan metabolisme obat-obat lain seperti hormone steroid. Barbiturat lain dan obat-obat seperti karbamazepin, fenitoin dan rifampisin juga menyebabkan induksi enzim. Piridoksin mempercepat dekarboksilasi levodopa menjadi metabolit aktifnya, dopamine, dalam jaringan perifer. Tidak seperti levodopa, dopamine tidak dapat melintasi sawar darah otak untuk memberikan efek antiparkinson. Pemberian karbidopa (suatu penghambat dekarboksilasi) bersama dengan levodopa, dapat mencegah gangguan aktivitas levodopa oleh piridoksin,
Metabolisme diperlambat :
- Penghambatan metabolisme suatu obat menyebabkan peningkatan kadar plasma obat tersebut sehingga dapat meningkatkan efek atau toksisitasnya. Obat yang seringkali menghambat metabolisme obat lain adalah eritromisin, ketokonazol, kloramfenikol, dikumarol, disulfiram, simetidin, fenilbutazon, dan propoksifen.
- Sebagai contoh : Simetidin menghambat jalur metabolisme oksidatif dan dapat meningkatkan aksi obat-obat yang dimetabolisme melalui jalur ini (contohnya karbamazepin, fenitoin, teofilin, warfarin dan sebagian besar benzodiazepine). Simetidin tidak mempengaruhi aksi benzodiazein lorazepam, oksazepam dan temazepam, yang mengalami konjugasi glukuronida. Ranitidin mempunyai efek terhadap enzim oksidatif lebih rendah dari pada simetidin, sedangkan famotidin dan nizatidin tidak mempengaruhi jalur metabolisme oksidatif. Sedangkan Eritromisin dilaporkan menghambat metabolisme hepatik beberapa obat seperti karbamazepin dan teofilin sehingga meningkatkan efeknya. Obat golongan fluorokuinolon seperti siprofloksasin juga meningkatkan aktivitas teofilin, diduga melalui mekanisme yang sama.
Interaksi dalam Ekskresi
- Ekskresi melalui empedu dan sirkulasi enterohepatik : terjadi akibat kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk transpor yg sama
- Sekresi tubuli ginjal: penghambatan terjadi akibat kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem transpor aktif yang sama, terutama sistem transpor untuk obat asam dan metabolit yg bersifat asam.
INTERAKSI FARMAKODINAMIKA
Adalah interaksi antara obat yg bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja, atau sistem fisiologik yg sama sehingga terjadi efek yg aditif, sinergitik, atau antagonistik.
Interaksi ini dapat terjadi bila obat yang diberikan secara bersama mempunyai mekanisme kerja yang sama/mirip, mempunyai efek farmakodinamik yang mirip atau berlawanan, dan merupakan antagonisme dan synergisme.
Sinergisme
- Interaksi farmakodinamik yang paling umum terjadi adalah sinergisme antara dua obat yang bekerja pada sistem, organ, sel, enzim yang sama dengan efek farmakologi yang sama. Semua obat yang mempunyai fungsi depresi pada susunan saraf pusat, sebagai contoh : etanol, antihistamin, benzodiazepin (diazepam, lorazepam, prazepam, estazolam, bromazepam, alprazolam), fenotiazin (klorpromazina, tioridazina, flufenazina, perfenazina, proklorperazina, trifluoperazina), metildopa, klonidina- dapat meningkatkan efek sedasi.
Antagonisme
- Antagonisme terjadi bila obat yang berinteraksi memiliki efek farmakologi yang berlawanan. Hal ini mengakibatkan pengurangan hasil yang diinginkan dari satu atau lebih obat. Sebagai contoh, penggunaan secara bersamaan obat yang bersifat beta agonis dengan obat yang bersifat pemblok beta (Salbutamol untuk pengobatan asma dengan propanolol untuk pengobatan hipertensi, dapat menyebabkan bronkospasme), vitamin K dan warfarin; diuretika tiazid dan obat antidiabet.
- Beberapa antibiotika tertentu berinteraksi dengan mekanisme antagonis. Sebagai contoh, bakterisida seperti penisilin, yang menghambat sintesa dinding sel bakteri, memerlukan sel yang terus bertumbuh dan membelah diri agar berkhasiat maksimal. Situasi ini tidak akan terjadi dengan adanya antibiotika yang berkhasiat bakteriostatik, seperti tetrasiklin yang menghambat sintesa protein dan juga pertumbuhan bakteri.
Banyak interaksi obat tidak berbahaya tetapi banyak juga interaksi yang potensial berbahaya hanya terjadi pada sebagian kecil pasien. Terlebih, derajat keparahan suatu interaksi bervariasi dari satu pasien ke pasien lain. Obat-obat dengan indeks terapi sempit (misalnya fenitoin) dan obat-obat yang memerlukan kontrol dosis yang ketat (antikoagulan, antihipertensi dan antidiabetes) adalah obat-obat yang paling sering terlibat.
Pasien dengan peningkatan risiko mengalami interaksi obat adalah lansia dan orang-orang dengan gagal ginjal atau hati.
Beberapa Contoh obat yang mengalami interaksi
- Interaksi yang menguntungkan contohnya adalah : Fe dg vit C ; meningkatkan absorpsi Fe, Penicillin dg Probenesid ; efek potensiasi thd Penicillin karena Probenesid menghambat eksresi Penicillin, sehingga Penicillin lama dalam plasma.
Interaksi yang merugikan contohnya adalah Penicillin dg Chloramphenicol ; Chloramphenicol menghambat kerja Penicillin sehingga merugikan penderita, Tetrasiklin dengan semua obat yang mengandung Ca, Fe,Mg, Al. - Interaki yang membahayakan contohnya adalah Valium/diazepam/luminal dg alkohol ; mengakibatkan
potensiasi efek depresi SSP, Digitalis dengan Propanolol; meningkatkan potensiasi yang menyebabkan bradycardia, Asetosal dg vit C dosis tinggi ; menghasilkan asam salisilat yang dapat mengiritasi lambung. - Interaksi yang menghilangkan potensi contohnya adalah Hidrokortison dengan Kanamisin didegradasi menjadi in aktif
Leave a Reply