Setelah sebelumnya saya mengulas mengenai hipertensi itu sendiri, di artikel ini saya akan mengulas beberapa obat hipertensi atau yang disebut dengan antihipertensi. Obat-obat Antihipertensi adalah obat-obat yang digunakan untuk membantu menurunkan tekanan darah tinggi sampai pada tingkat yang aman.
Yang perlu dipahami dalam pengobatan hipertensi adalah :
- Mengkonsumsi antihipertensi jika masuk dalam kategori Hipertensi stadium 2
- Jika pada hipertensi stadium 1 yang disertai dengan penyakit lain seperti sedang atau pernah mengalami penyakit jantung, penyakit ginjal atau penyakit diabetes melitus
Jika hanya hipertensi stadium 1 maka hanya perlu melakukan modifikasi gaya hidup (sudah dijelaskan di artikel sebelumnya mengenai hipertensi)
Berdasarkan WHO/ISH tahun 1999 Panduan dalam Memilih Obat Hipertensi adalah sebagai berikut :
Furosemid
Furosemid merupakan salah satu diuretik berfungsi dengan cara meningkatkan diuresis, pengeluaran urin meningkat pada jam pertama setelah pemberian dan berlangsung selama 6-8 jam, intensitas dan lamanya diuresis berlainan tergantung pada individunya.
Indikasi
- Untuk mengobati tekanan darah tinggi sampai sedang, baik sebagai obat tunggal maupun kombinasi dengan obat lain. Pengobatan bengkak karena penyakit jantung, kelainan ginjal, eklampsia dan asites karena penyakit hati.
Kontraindikasi
- Anuriam dan kepekaan terhadap furosemid
Dosis
- Dewasa : Awal 1/2 – 1 tablet perhari, sebaiknya diminum pagi hari
- Bayi dan Anak: 1-2mg/kgBB sekali per hari
- Hipertensi : 50 mg atau 0.5-1 mg/kg BB sebagai dosis tunggal
Efek Samping
- Muntah, diare, anoreksia, azotema, hiperurikemia,, hiperglikemia. Ganguan hematologi (urtikaria, erythema multiforme)
Perhatian
- Pemberian pada wanita hamil jika benar-benar bermanfaat
- Jika pemberian saat menyusui sangat diperlukan, maka disarankan berhenti menyusui
- Pemakaian yang berlebihan harus dihindari karena dapat menyebabkan diuresis yang berlanjut dengan dehidrasi, hipotensi, hipokalemia, dan alkalosis hipokloremik
- Dianjurkan untuk memulai dengan dosis kecil
- Perlu pemeriksaan berkala kadar elektrolit serum
- Penderita harus melapor bila di duga terjadi gejala-gejala penurunan kalsium dalam serum seperti diare, muntah dan anoreksia
- Terdapat reaksi silang antara suflonamid dan furosemid
Propanolol
Beta blocker pertama ini memiliki efek lokal anestetik yang kuat, tetapi tidak kardio selektif dan tak memiliki ISA. Meskipun banyak sekali derivat lain telah dipasarkan dengan sifat farmakologi lebih baik, namun propanolol masih merupakan beta-blocker yang penting.
Dosis :
- Hipertensi, angina dan aritmia : oral 2-3 dd 40 mg, bila perlu dinaikkan dengan interval 1 minggu sampai 320 mg sehari.
- Profilaksis re-infark : 3 dd 40 mg selama 2-4 minggu dalam waktu 3 minggu infark pertama
- Pemeliharaan: 2-3 dd 80 mg selama minimal 2 tahun
Kaptopril
- Kaptopril adalah suatu penghambat kompetitif terhadap enzim yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II, dari enzim konversi angiotensin (ACE = Angiotensin Converting Enzym).
- Manfaat dari kaptopril adalah terhadap pengobatan hipertensi dan gagal jantung, akibat efek oenekanan sistem rennin-angiotensin-aldosteron. Enzim renin yang disintesisa oleh ginjal ke dalam darah., dimana renin tersebut akan mengubah substrat globulin menjadi angiotensin I, suatu dekapeptida yang relatif tidak aktif. Angiotensin I kemudian diubah secara enzimatis oleh ACE menjadi oktapeptida angiotensin II, yang berefek vasokontriktor endogen kuat. Angiotensin II juga menstimulasi sekresi aldosteron dari kortek adrenal yang menyebabkan retensi natrium dan cairan.
- Kaptopril dapat digunakan sebagai antihipertensi secara tunggal atau dikombinasikan dengan obat antihipertensi lain terutama diuretik dan digitalis.
Indikasi
- Untuk hipertensi sedang sampai berat yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan kombinasi
- Gagal jantung kongestif pada pasien yang tidak cukup responsif atau tidak terkontrol dengan pemberian diuretik dan digitalis
DosisĀ
- Dosis awal : 12.5 mg-25 mg, 3 kali perhari. Bila penurunan tekanan darah belum tercapai setelah 1-2 minggu, dosis dapat ditingkatkan menjadi 50 mg, 2-3 kali perhari.
Kontraindikasi
- Kepekaan terhadap kaptopril
Efek samping
- Ruam pada kulit, gatal, angioderma di mata, Proteinuria, Peningkatan sementara dari BUN, kreatinin serum dan sedikit peningkatan kadar kalium dalam serum, Neutropenia, anemia, trombositopenia, Gangguan rasa sementara.
Perhatian
- Pemakaian pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ, bahkan dapat menyebabkan kematian fetus dan neonatus
- Hati-hati bila diberikan pada wanita yang sedang menyusui
- Keamanan dan efektivitas pada anak-anak belum diketahui dengan pasti.
Diltiazem
- Diltiazem adalah antagonis kalsium yang dapat meningkatkan aliran darah ke jantung serta secara simultan menurunkan resistensi perifer sehingga konsumsi oksigen otot jantung menurun. Efek tersebut akan meningkatkan kapasitas untuk kerja jantung, menurunkan frekuensi serangan angina, dan menurunkan tekanan darah sistemik.
- Diltiazem dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi dengan obat antihipertensi lainnya seperti diuretik
Indikasi
- Sebagai obat antihipertensi
Kontraindikasi
- Kepekaan terhadap diltiazem
- Hipotensi, gagal jantung kongestif, sindrom atrium node, gangguan konduksi, bradikardi (denyut nadi kurang dari 50/menit)
- Sebaiknya tidak diberikan selama kehamilan dan wanita menyusui
- Pasien dengan sick sinus syndrome, kecuali bila ada pacu jantung ventrikuler yang berfungsi
DosisĀ
- 1-3 tablet perhari, dosis dapat dinaikkan atau diturunkan secara bertahap tergantung beratnya penyakit. Dosis dapat dinaikkan sampai 360 mg perhari dalam 3 kali pemberian. Bila digunakan bersama dengan obat antihipertensi lainnya, maka perlu penyesuaian dosis
Perhatian
- Hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati
- Hati-hati pada pemberian bersama obat-obat penekan fungsi jantung dan atau penghambat penghantaran stimulus atau digitalis, karena dapat meningkatkan efeknya
- Dapat diberikan bersama dengan nitrat, karena dapat memperkuat kerjanya
- Tidak diketemukan incompatibilitas dalam pemberian bersama antikoagulan, diuretik dan antidiabetik oral
- Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan bradikardia berat (<50/menit) atau hambatan atrioventrikuler tingkat 1
- Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dosis diturunkan
- Keamanan pemakaian pada anak-anak belum diketahui dengan pasti
- Tidak dianjurkan pemberian pada wanita menyusui
Efek Samping
- Sinus bradikardia, blockade sino-atrial, ruam kulit dengan atau tanpa gatal, edema pada anggota badan bagian bawah, bila terjadi pemberian harus dihentikan
- Yang lebih jarang lagi adalah asthenia, ngantuk, sakit kepala, sukar tidur, gangguan saluran cerna
- Dapat terjadi peningkatan enzim hati (SGOT, SGPT)
- Muka merah dan ataksia
Interaksi obat
- Diltiazem dapat meningkatkan kadar plasma karbamazepin
- Pemberian bersama anstetik dapat mengalami potensiasi
- Simetidin dapat menaikkan kadar puncak diltiazem dalam plasma, juga dapat menurunkan bersihan kreatinin
- Dapat terjadi gejala menyerupai bradikardia atau henti sinus jika diltiazem diberikan bersama amiodaton (antiaritmia)
- Diltiazem dapat meningkatkan konsentrasi plasma siklosporin dan teofilin
Prazosin
- Derivat chinazolin-piperazinil ini berdaya hipotensif kuat berdasarkan vasodilatasi arteri melalui blokade reseptor alfa-1 secara selektif.
Indikasi
- Antihipertensi
- Dekompensasi jantung atas dasar vasodilatasi vena dan pengurangan preload darah, terutama bila diuretika dan digoksinkurang efektif
- Penggunaan pada S Raynaud dan pembesaran prostat
Dosis
- Hipertensi : Awal 0.25-0.5 mg malam hari dengan berangsur-angsur dinaikan sampai 2-3 kali sehari 0.5-2mg maksimal 3-6 kali
- Dekompensasi : 2-4 kali sehari 0.5 mg maksimal 20 mg sehari
- S Raynaud dan BPH : dosis pertama 0.5 mg malam hari, lalu 2 kali sehari 0.5 mg selama 3-7 hari, pemeliharaan 2 kali sehari 1-2mg
Efek samping
- Hipotensi ortostatis akut
- Efek sentral : rasa kantuk, halusinasi, depresi, gangguan lambung-usus, reaksi kulit, gangguan seksual, udema, tachycardia dan mulut kering.
- Pada penggunaan lama dapat terjadi toleransi
Losartan
Senyawa imidazol-tetrazol ini adalah AT blocker pertama yang dipasarkan. Zat ini tidak menghambat Enzim ACE yang merombak angiotensin I menjadi AT II, melainkan memblok reseptor AT II dengan efek vasodilatasi. Efek maksimalnya baru nyata setelah beberapa minggu, seperti juga halnya dengan antihipertensi lain.
Dosis
- Oral : 1 kali sehari 50 mg, bila perlu dinaikkan sesudah 3-6 minggu sampai 1 kali sehari 100 mg.
- Pada lansia diatas 75 tahun sebaiknya dimulai dengan setengah dosis biasa.
Efek samping
- Yang paling sering terjadi adalah pusing, jarang terjadi hipotensi ortostatis dan hiperkalemia. Batuk kering dapat terjadi, tetapi jarang dibandingkan dengan ACE Inhibitor.
Obat-obat lainnya dari kelompok sartan ini yang tersedia adalah
- valsartan : Dosis 1 kali sehari 80-160 mg
- Irbesartan : Dosis 1 kali sehari 150-300mg
- Candesartan : Dosis 1kali sehari 4-16mg
- Erposartan : Dosis 1 kali sehari 600-800 mg
- Telmisartan : Dosis 1 kali sehari 40-80mg
- Olmesartan : Dosis 1 kali sehari 20-40 mg
Sebenarnya masih banyak lagi obat antihipertensi yang lain, yang saya ulas hanya sedikit contoh dari masing-masing golongan antihipertensi. Semoga bermanfaat.
Leave a Reply