Saya yakin hampir semua orang pernah berobat dan diharuskan menebus resep baik di Apotek ataupun di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Suka sebel kan kalo nunggu nya lama, mana udah sakit masih harus nunggu obat yang lama. Sebenernya kalo kita telaah lebih dalam mengapa menunggu obat terasa lebih lama, salah satu faktor yang utama adalah dikarenakan pengambilan obat pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau Apotek sudah pada akhir tahapan ketika kita berobat. Sudah dapat kita hitung berapa tahapan yang kita lalui saat kita berobat mulai dari mendaftar pasien, lanjut dengan menunggu antrian dokter, lanjut lagi kita ada tambahan pemeriksaan penunjang medis seperti laboratorium di lanjut balik lagi ke dokter dan tahap akhir yang akan kita lalui yaitu penebusan resep diapotek atau instalasi farmasi Rumah sakit.
Pada dasarnya tidak semua proses penebusan resep membutuhkan waktu yang lama tetapi karena tahapan yang sudah kita lalui sebelumnya maka waktu tunggu di bagian apotek atau instalasi farmasi rumah sakit akan terasa lebih lama.
Sekilas akan saya uraikan mengenai tahapan-tahapan pengerjaan resep pada apotek atau instalasi farmasi :
- Setelah menerima resep, Apoteker akan melakukan pengkajian resep atau skrining resep.
- Dalam tahap ini, apoteker mengkaji resep secara adminsitratif yang meliputi data pasien, data dokter dan tanggal penulisan resep.
- Kemudian pengkajian secara farmasetik dan klinis atau dari sisi obat yang diresepkan yaitu mengenai bentuk obat, stabilitas obat dan ketercampuran obat.
- Setelah itu, apoteker mengkaji resep secara klinis apakah dosis dan aturan pakai obat sudah sesuai dengan yang seharusnya, apakah ada kemungkinan duplikasi, polifarmasi (terlalu banyak obat, baik dalam jumlah maupun dosis), efek obat yang tidak diinginkan atau adanya interaksi obat.
- Pengkajian resep dilakukan juga untuk menilai apakah obat yang diresepkan sudah sesuai dengan pasien dari segi umur, jenis kelamin dan penyakit sehingga pasien mendapatkan pengobatan yang tepat dan efektif. Jika setelah pengkajian resep ditemukan adanya ketidaksesuaian maka apoteker harus menghubungi dokter penulis resep untuk meminta perubahan atau penggantian dalam resep.
- Setelah tahap pengkajian resep, petugas kasir akan menghitung harga obat serta melihat persediaan obat yang ada. Apabila sudah didapat kesepakatan jumlah dan harga obat yang dibeli dengan pasien, maka dilanjutkan dengan tahap dispensing.
- Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat.
- Tahap dispensing dimulai dengan menyiapkan obat, menghitung kebutuhan jumlah obat lalu mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
- Ketika pengambilan obat, petugas apotek harus menulis tanggal pengambilan obat, kode resep, jumlah obat yang diambil dan sisanya di kartu stok setiap obat. Hal ini bertujuan tidak hanya untuk mengetahui stok obat yang ada, juga untuk memudahkan penelusuran jumlah obat yang diberikan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari, seperti adanya kesalahan jumlah obat yang diterima pasien.
- Selanjutnya petugas apotek melakukan peracikan obat untuk obat racikan, memberikan etiket (warna putih untuk obat dalam/oral, warna biru untuk obat luar dan suntik, menempelkan label yang dibutuhkan untuk obat-obat tertentu) dan memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang berbeda.
- Tahap penyiapan obat ini harus dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan resep untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.
- Setelah penyiapan obat dilakukan tahap penyerahan obat, tetapi sebelum obat diserahkan kepada pasien, apoteker harus melakukan pemeriksaan kembali terkait penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep) dan memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
- Kemudian apoteker menyerahkan obat yang disertai dengan pemberian informasi obat. Informasi yang diberikan antara lain informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait dengan obat, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-lain.
Pada tahapan-tahapan tersebut diatas yang sudah saya jelaskan ada beberapa hal yang akan semakin meperlama proses pengerjaan suatu resep diantaranya adalah :
- Kurangnya informasi yang lengkap merupakan masalah besar ketika mengerjakan resep medis. Kadang informasi mengenai pasien tidak lengkap dan memerlukan perhatian lebih. Proses verifikasi asuransi juga dapat memperlambat proses. Langkah ini dapat memakan waktu 30 menit sampai dengan 3 minggu.
- Resep medis yang buruk juga dapat memperlambat proses. Jika resep tersebut tidak terbaca, dapat menyebabkan konflik alergi, memiliki potensi interaksi antara obat yang membahayakan, dosisnya kelihatannya tidak sesuai, apoteker harus menghubungi dokter yang memberikan resep untuk menentukan apa yang harus dilakukan untuk memberikan obat yang aman.
Selain faktor-faktor dalam pengerjaan resep, banyaknya jumlah pasien yang tidak sebanding dengan personil atau petugas Apotek dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit juga sangat berpengaruh terhadap lamanya pengerjaan resep.
Nah begitulah sekilas mengenai proses pengerjaan resep di suatu Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan faktor-faktor penyebab mengapa menunggu obat menjadi terasa lebih lama.
Leave a Reply