Penggunaan obat selama masa kehamilan merupakan suatu masalah yang memerlukan perhatian khusus. Mengapa demikian? Hal tersebut dikarenakan mengingat bahwa dalam pemakaian obat selama kehamilan, tidak saja dihadapi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu, tetapi juga pada janin. Hampir sebagian besar obat dapat menembus sawar darah/plasenta, beberapa diantaranya dapat menimbulkan efek buruk, tetapi ada juga yang tidak memberikan pengaruh apapun. Salah satu contoh yang terbukti menyebabkan pengaruh obat terhadap janin adalah adanya peristiwa Talidomid pada awal tahun 1960, dimana peristiwa tersebut terbukti terjadi secara drastis dan menyedihkan mengakibatkan defek fisik dan organ-organ tertentu pada masa kritis dari perkembangan janin.
Pedoman yang pertama di pegang untuk proses penentuan keamanan obat selama kehamilan adalah menggunakan penelitian terhadap hewan percobaan. Ternyata obat-obat yang memiliki sifat teratogen pada manusia dapat menyebabkan efek-efek teratogen yang sama pada hewan percobaan.
Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat selama kehamilan yaitu :
Keamanan
- Meski ada obat lain yang efektivitasnya lebih baik, tapi jika keamanannya bagi ibu hamil belum diketahui, lebih baik tidak diberikan. (Mengenai kategori obat berdasarkan keamanan pada ibu hamil sudah saya tuliskan di artikel sebelumnya)
Dosis
- Pada awalnya pemberian obat selama kehamilan harus dalam dosis rendah. Jika perlu, penambahan dosis diberikan sedikit demi sedikit sampai tercapai efek terapi yang diinginkan.
Durasi pemberian
- Jika tidak diperlukan sekali, pemberian obat selama kehamilan tidak boleh terlalu lama. Sampai akhirnya, pemberian bermacam obat sedapat mungkin dihindari demi keselamatan ibu dan bayinya.
Jenis dan cara kerja obat Sebagai bahan pertimbangan sebelum diberikan kepada ibu hamil.
Farmakokinetik Obat Selama Kehamilan
Absorpsi
- Pada awal kehamilan akan terjadi penurunan sekresi asam lambung antara 30-40%. Hal tersebut menyebabkan pH asam lambung sedikit meningkat, sehingga obat-obat yang bersifat asam lemah akan mengalami penurunan absorpsi. Sebaliknya untuk obat yang bersifat basa lemah absorpsinya justru meningkat. Pada fase selanjutnya akan terjadi penurunan motilitas gastrointestinal sehingga absorpsi obat-obat yang sukar larut misalnya digoksin akan meningkat, sedangkan obat-obat yang mengalami metobolisme di dinding usus seperti misalnya klorpromazin akan menurun.
Distribusi
- Pada keadaan kehamilan, volume plasma dan cairan ekstraseluler ibu akan meningkat dan mencapai 50% pada akhir kehamilan. Sebagai salah satu akibatnya obat-obat yang volume distribusinya kecil misalnya ampisilin akan ditemukan dalam kadar yang rendah dalam darah, walaupun obat tersebut diberikan dalam dosis lazim.
Eliminasi
- Pada akhir masa kehamilan, akan terjadi peningkatan aliran darah ginjal sampai dua kali lipat. Sebagai akibatnya akan terjadi peningkatan eliminasi obat-obat terutama yang akan mengalami ekskresi di ginjal.
Obat-obatan kebanyakan diberikan untuk mengatasi keluhan yang paling umum pada masa kehamilan, seperti pusing, nyeri, demam, serta mual. Ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi pada pemilihan obat selama kehamilan diantaranya :
- Sebaiknya menggunakan obat-obat yang sejak lama sudah digunakan dalam praktek daripada obat-obat pengganti yang baru.
- Untuk menurunkan risiko sejauh mungkin bagi janin sebaiknya digunakan dosis obat yang paling rendah selama kehamilan. Hal ini sebetulnya bertentangan karena sebagian wanita hamil justru membutuhkan dosis obat yang lebih tinggi dari normal.
- Wanita hamil tidak dianjurkan untuk menggunakan obat bebas tanpa konsultasi dengan dokter, karena banyak faktor termasuk taraf kehamilan dapat mempengaruhi risiko bagi janin.
Klasifikasi penggunaan obat selama kehamilan
Daftar obat yang tidak boleh diberikan pada wanita hamil
- Daftar ini terdiri dari obat-obat yang bersifat teratogen dan telah dibuktikan dapat membuat cacat janin. Obat-obat yang tercantum dalam daftar ini tidak mutlak dilarang penggunaannya oleh wanita hamil, tetapi dalam keadaan darurat masih dapat digunakan dengan mempertimbangkan benefit bagi si ibu dan risiko bagi janin.
- Contoh obat : Talidomid, Testosteron, Karbamazepin, Fenitoin, Danazol
Daftar obat yang dianggap aman bagi wanita hamil
- Dalam daftar ini tertera obat-obat yang dianggap aman bagi wanita hamil, yang setelah digunakan selama jangka waktu yang panjang tidak menampilkan efek buruk pada janin. Obat-obat lainnya yang tidak dimasukkan dalam daftar dapat secara potensial merugikan janin berdasarkan percobaan hewan atau pula belum terdapat cukup data mengenai keamanannya.
- Contoh obat : Acetaminophen, amoxicilin, Tetanus Toxoid, Spironolacton
Laktasi
Sama seperti waktu hamil, ibu-ibu yang menyusui juga harus menghindari penggunaan obat, terkecuali bila mutlak di butuhkan. Dalam hal ini risiko bagi si bayi harus dipertimbangkan terhadap benefit dari pemberian ASI atau untuk sementara diganti dengan susu formula.
Obat yang dapat diminum dengan aman oleh ibu selama menyusui adalah obat yang tidak atau hanya sedikit dieksresikan ke dalam air susu ibu. Obat lainnya yang tidak tercantum dalam daftar merupakan obat yang dapat mencapai air susu ibu dalam jumlah banyak dan mungkin dapat berefek buruk pada bayi atau belum terdapat cukup data mengenai keamanannya.
Contoh obat : karbimazol dapat mengganggu fungsi tiroid pada bayi, tetrasiklin dapat mencapai air susu ibu dan dapat meningkatkan pewarnaan kuning irreversibel dari gigi yang sedang dan akan tumbuh.
Beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan sebelum meresepkan obat tertentu kepada ibu menyusui, antara lain:
- Apakah terapi obat tersebut benar-benar diperlukan atau tidak
- Memilih obat yang paling aman bagi ibu menyusui.
- Bila ada kemungkinan bahwa obat yang akan diberikan dapat berpengaruh pada bayi, perlu dipertimbangkan pengukuran konsentrasi obat di dalam darah pada bayi yang menyusu tersebut.
- Paparan terhadap obat bagi bayi dapat diminimalisasi dengan meminta ibu untuk meminum obatnya setelah menyusui bayinya.
Jika ibu menyusui memerlukan terapi obat dan obat yang diberikan merupakan obat yang relatif aman maka obat tersebut sebaiknya dikonsumsi 30 – 60 menit setelah menyusui dan 3 – 4 jam sebelum waktu menyusui berikutnya. Waktu tersebut umumnya sudah mencukupi dimana darah ibu sudah relatif bersih dari obat dan konsentrasi obat dalam ASI juga sudah relatif rendah.
Leave a Reply