Paracetamol adalah salah satu obat yang sangat sering digunakan masyarakat umum baik yang melalui resep dokter atau pun yang dibeli secara bebas untuk meredakan rasa sakit ringan hingga menengah (analgesik), serta untuk menurunkan demam (antipiretik). Paracetamol ini termasuk obat yang aman jika digunakan sesuai dosis yang dianjurkan baik pada pasien balita sampai dengan pasien lansia.
Paracetamol ditemukan pada tahun 1877. Parasetamol juga dikenal dengan sebutan acetaminofen dengan nama kimi apara-acetylaminophenol. . Seperti halnya di Indonesia paracetamol ini merupakan obat yang umum digunakan sebagai pengobatan demam dan pereda nyeri di Amerika Serikat dan di Eropa. Selain itu Paracetamol juga termasuk dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia. Dan seperti yang kita tahu bahwa Paracetamol ini tersedia sebagai obat generik dengan berbagai macam merk dagang yang terkenal seperti biogesik, panadol dll.
Mekanisme Kerja Paracetamol
- Mekanisme kerja paracetamol tidak sepenuhnya dipahami. Tidak seperti NSAID seperti aspirin, paracetamol sepertinya tidak menghambat fungsi enzim siklooksigenase (COX) manapun di luar sistem saraf pusat, dan ini lah yang menjadi alasan mengapa obat ini tidak berguna sebagai antiinflamasi. Paracetamol sepertinya secara selektif menghambat aktivitas COX di otak, yang dapat berkontribusi pada kemampuannya untuk mengobati demam dan rasa sakit. Aktivitas ini tidak menghambat langsung dengan menghalangi situs yang aktif, namun dengan mengurangi COX, yang harus dioksidasi agar berfungsi.
Paracetamol juga dapat memodulasi sistem cannabinoid endogen di otak melalui metabolit paracetamol, AM404. AM404 tampaknya menghambat reuptake dari anandamida cannabinoid / vanilloid endogen oleh neuron, membuatnya lebih mudah untuk mengurangi rasa sakit. AM404 juga tampaknya bisa langsung mengaktifkan TRPV1 (nama tua: reseptor vanilloid), yang juga menghambat sinyal rasa sakit di otak.
Sediaan Paracetamol
- Paracetamol tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, suspensi cair, supositoria, bentuk intravena, intramuskular.
- Dalam beberapa formulasi, paracetamol dikombinasikan dengan kodein opioid, kadang-kadang disebut co-codamol (BAN) dan Panadeine di Australia. Di AS, kombinasi ini hanya boleh diberikan dengan resep. Paracetamol juga digabungkan dengan opioid lainnya. seperti dihydrocodeine, disebut co-dydramol (BAN), oxycodone atau hydrocodone. Kombinasi analgesik lain yang sangat umum digunakan meliputi paracetamol dalam kombinasi dengan propoxyphene napsylate. Kombinasi paracetamol, kodein, dan suksinat juga tersedia. Efikasi kombinasi parasetamol / kodein telah dipertanyakan oleh penelitian terbaru.
- Paracetamol umumnya digunakan dalam sediaan kombinasi untuk sakit kepala migrain
Penggunaan Paracetamol
Demam
- Paracetamol digunakan untuk mengurangi demam pada semua pasien dari segala usia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar paracetamol digunakan untuk mengobati demam pada anak-anak hanya jika suhunya lebih besar dari 38,5 ° C (101,3 ° F). Namun pada sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa obat ini kurang efektif bila dibandingkan dengan ibuprofen, karena Paracetamol tidak memiliki efek anti-inflamasi yang signifikan.
Rasa sakit
- Paracetamol digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang.
Osteoarthritis
- American College of Rheumatology merekomendasikan parasetamol sebagai salah satu dari beberapa pilihan pengobatan untuk orang-orang dengan nyeri artritis pada pinggul, tangan, atau lutut yang tidak membaik dengan olahraga dan penurunan berat badan. Namun, sebuah tinjauan tahun 2015 menemukan bahwa parasetamol hanya memberi sedikit manfaat pada osteoartritis.
- Parasetamol memiliki aktivitas antiinflamasi yang relatif sedikit, tidak seperti analgesik umum lainnya seperti aspirin dan ibuprofen NSAID, namun ibuprofen dan parasetamol memiliki efek yang sama dalam pengobatan sakit kepala. Parasetamol dapat mengurangi rasa sakit pada radang sendi ringan, namun tidak berpengaruh pada peradangan, kemerahan, dan pembengkakan sendi yang mendasarinya. Parasetamol ini memiliki sifat analgesik yang sebanding dengan aspirin, sementara efek anti-inflamasinya lebih lemah.
Nyeri punggung bawah
- Berdasarkan tinjauan sistematis, parasetamol direkomendasikan oleh American College of Physicians dan American Pain Society sebagai pengobatan lini pertama untuk nyeri punggung bawah.
Sakit kepala
- German Society of Neurology merekomendasikan penggunaan parasetamol dalam kombinasi dengan kafein sebagai satu dari beberapa terapi lini pertama untuk pengobatan ketegangan atau sakit kepala migrain.
Nyeri postoperatif
- Parasetamol dikombinasikan dengan NSAID mungkin lebih efektif untuk mengobati nyeri pasca operasi daripada parasetamol saja atau NSAID saja.
Pada penggunaan sakit gigi
- NSAID seperti ibuprofen, naproxen, diklofenak lebih efektif daripada parasetamol untuk mengendalikan nyeri gigi atau nyeri yang timbul dari prosedur dental; kombinasi NSAID dan parasetamol lebih efektif daripada parasetamol yang diberikan secara tunggal. Parasetamol sangat berguna bila NSAID dikontraindikasikan karena hipersensitivitas atau riwayat ulserasi gastrointestinal atau perdarahan.
Lain-lain
- Efikasi parasetamol bila digunakan dalam kombinasi dengan opioid lemah (seperti kodein) dapat meningkat sekitar 50% namun dibarengi dengan peningkatan jumlah yang mengalami efek samping. Kombinasi obat parasetamol dan opioid kuat seperti morfin memperbaiki efek analgesik.
- Kombinasi paracetamol dengan kafein lebih unggul dari parasetamol saja untuk pengobatan kondisi nyeri umum, termasuk sakit gigi, sakit pascamelahirkan, dan sakit kepala.
Patent ductus arteriosus
- Parasetamol digunakan untuk mengobati duktus arteriosus paten (suatu kondisi yang mempengaruhi bayi baru lahir saat pembuluh darah yang digunakan dalam mengembangkan paru-paru gagal ditutup seperti biasanya), namun bukti keamanan dan kemanjuran parasetamol untuk tujuan ini kurang.
Efek samping
Walaupun parasetamol relatif aman untuk digunakan, namun ada beberapa efek samping yang dapat timbul pada pemakaian nya yaitu :
Kerusakan hati
- Penggunaan parasetamol yang melebihi dosis yang dianjurkan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan hati yang berpotensi fatal. Pada tahun 2011 FDA AS meluncurkan program pendidikan publik untuk membantu konsumen menghindari terjadinya overdosis parasetamol dengan memberikan peringatan bahwa “Parasetamol/acetaminofen dapat menyebabkan kerusakan hati yang serius jika digunakan lebih dari yang dianjurkan”.
- Parasetamol dimetabolisme oleh hati dan bersifat hepatotoksik, efek samping akan meningkat bila dikombinasikan dengan minuman beralkohol, dan sangat mungkin terjadi pada pecandu alkohol kronis atau orang dengan kerusakan hati.
Reaksi kulit
- Pada tanggal 2 Agustus 2013, Food and Drug Administration (FDA) A.S. mengeluarkan sebuah peringatan baru tentang parasetamol. FDA menyatakan bahwa obat tersebut dapat menyebabkan reaksi kulit yang jarang dan mungkin fatal seperti sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik. Dokter pembuat resep akan diminta untuk membuat label peringatan tentang reaksi kulit, dan FDA telah mendesak produsen untuk melakukan hal yang sama dengan produk yang dijual bebas
Asma
- Ada hubungan antara penggunaan parasetamol dan asma, tapi apakah hubungan ini kausal masih diperdebatkan pada 2017.
- Pada tahun 2014, American Academy of Pediatrics dan National Institute for Health and Care Excellence (NICE) terus merekomendasikan parasetamol untuk penghilang rasa sakit dan demam pada anak-anak, tetapi beberapa ahli telah merekomendasikan penggunaan parasetamol pada anak-anak penderita asma atau berisiko terkena asma harus dihindari.
Interaksi Obat
Jika dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan lain, paracetamol bisa menimbulkan reaksi berupa peningkatan efek samping atau justru mengurangi efektivitas paracetamol itu sendiri. Untuk menghindarinya, jangan mengonsumsi paracetamol dengan obat-obatan di bawah ini:
- Warfarin (obat yang biasanya digunakan untuk mencegah pembekuan darah).
- Carbamazepine (obat yang biasanya digunakan untuk mengobati epilepsi).
- Phenobarbital, phenytoin, atau primidone (obat-obatan yang biasanya digunakan untuk mengontrol kejang).
- Colestyramine (obat yang biasanya digunakan untuk mengurangi rasa gatal pada gangguan ginjal).
- Metoclopramide (obat yang biasanya digunakan untuk meredakan rasa mual dan muntah).
- Imatinib atau busulfan (obat-obatan yang biasanya digunakan untuk mengobati kanker jenis tertentu.
- Lixisenatide (obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi diabetes tipe 2).
- Ketoconazole (salah satu jenis obat antijamur).
Kehamilan
- Studi eksperimental pada hewan dan studi kohort pada manusia menunjukkan tidak ada peningkatan yang terdeteksi pada malformasi kongenital yang terkait dengan penggunaan parasetamol selama kehamilan. Selain itu, parasetamol juga tidak mempengaruhi penutupan duktus arteriosus janin.
- Hanya saja Parasetamol yang digunakan oleh ibu selama kehamilan dikaitkan dengan peningkatan risiko asma pada masa kecil anak.
- Sebuah tinjauan tahun 2015 menyatakan bahwa parasetamol tetap menjadi lini pertama pengobatan yang dianjurkan untuk mengurangi rasa sakit dan demam selama kehamilan.
Leave a Reply