Malaria adalah salah satu jenis penyakit endemis penting di wilayah Timur Indonesia terutama di daerah Papua. Wabah malaria pun pernah juga terjadi di Jawa barat, Kalimantan Selatan dan Aceh besar serta pernah juga terjadi di Kalimantan Barat dan Maluku.
Pengertian Malaria
Malaria berasal dari bahasa italia mala yang berarti buruk dan aria yang berarti udara, yaitu suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk yang dikenal dengan nama nyamuk Anopheles terutama Anopheles betina. Gigitan nyamuk memasukkan parasit dari air liur nyamuk ke dalam darah seseorang. Parasit bergerak ke hati di mana mereka dewasa dan bereproduksi. Berbeda dengan nyamuk biasa, nyamuk ini khususnya menyengat pada malam hari.
Jenis Malaria dan Gejalanya
Pada manusia malaria disebabkan oleh empat spesies protozoa keturunan plasodium yang menimbulkan tiga jenis penyakit malaria yaitu :
Malaria Tropika
- Disebabkan oleh plasmodium falciparum dan merupakan jenis malaria yang paling ganas dan berbahaya. Bila tidak diobati penyakit ini dapat menyebabkan kematian hanya dalam beberapa hari saja akibat adanya relatif banyak eritrosit yang mencapai 50% rusak yang menyumbat kapiler otak
- Gejalanya :
- Berkurangnya kesadaran dan serangan demam yang tidak menentu, adakalanya terus menerus dengan suhu rektal diatas 48 derajat C, dan dapat pula berkala 3 hari sekali.
- Sering kali bercirikan pembesaran hati dengan terdapatnya penyakit kuning dan urin yang berwarna coklat tua/ hitam akibat hemolisa
- Demam tinggi yang timbul mendadak
- Muntah
- Gagal ginjal akut
- Masa Inkubasi : 7-12 hari
Malaria Tersiana
- Disebabkan oleh Plasmodium vivax atau ovale, malaria ini tidak bersifat mematikan meskipun tanpa pengobatan, tetapi malaria ini sering kali kambuh kembali karena adanya bentuk EE Sekunder.
- Gejala
- Demam berkala tiga hari sekali dengan mencapai puncak setelah setiap 48 jam
- Nyeri kepala dan punggung
- Mual
- Pembesaran Limpa
- Masa inkubasi : 10-14 hari
Malaria Kwartana
- Disebabkan oleh plasmodium Malariae, seperti halnya tersiana, kwartana juga sering kali kambuh dengan adanya bentuk EE sekunder
- Gejala
- Demam berkala empat hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.
- Nyeri Kepala dan Punggung
- Mual
- Pembesaran Limpa
- Masa Inkubasi : 4-6 minggu
Pada Malaria serangan panas dingin terdiri dari 3 fase
- Fase dingin
Pada fase ini berlangsung dari 30 menit sampai dengan 1 jam, hal ini terjadi karena timbulnya penyempitan pembuluh darah. Penderita akan menggigil karena merasa sangat dingin dan suhu badan meningkat dengan cepat sampai 41 derajat C
- Fase Panas
Terjadi segera setelah fase dingin, badan akan terasa sangat panas kira-kira 2-6 jam. Pada fse ini penderita kadang-kadang mengigau.
- Fase Berkeringat
Fase ini terjadi setelah fase panas, penderita akan merasa sangat letih dan ingin tidur
Obat Malaria
Obat tertua untuk mengobati penyakit malaria adalah kulit pohon kina dan alkaloida yang dikandungnya yaitu kinin (tahun 1820). Selanjutnya pada tahun 1932 ditenukan mepakrin yang banyak digunakan selama perang dunia ke II. Pada tahun 1944 ditemukan klorokuin yang memiliki efek samping yang lebih ringan dibanding mepakrin yang memiliki efek agak toksik. Kemudian pada tahun 1946 diperkenalkan proguanil sebagai obat yang tidak hanya aktif terhadap bentuk darah juga aktif terhadap bentuk hati khususnya bentuk EE primer dari plasmodium falciparum.
Pada tahun 1948 ditemukan primakuin yang berkhasiat kuat terhadap bentuk EE dari Plasmodium vivax/ovale. Kemudian dipasarkan pula derivat klorokuin yaitu amodiakuin (1950), pirimetamin (1952), meflokuin (1981), halofantrin (1985) dan Artemeter (1991). Sedangkan pyronaridin merupakan obat eksperimentil terbaru yang sangat efektif terhadap plasmodium falciparum multiresisten.
Mekanisme Kerja
- Klorokuin dan Meflokuin: mencegah dimakannya hemoglobin oleh parasit sehingga timbul kekurangan asam amino esensial untuk sintesis DNA nya.
- Kinin dan artemeter : menghambat sintesa protein dengan jalan membentuk komplek dengan DNA parasit.
- Proguanil dan pirimethamin : merintangi enzim yang mengubah asam folat menjadi asam folinat, sehingga sintesis DNA/RNA teranggu
- Primakuin : mengikat DNA dan diperkirakan dalam tubuh nyamuk dirombak menjadi metabolit yang bersifat oksidan dan lebih aktif terhadap parasit.
Penggolongan Obat Malaria
Berdasarkan titik kerjanya
Dalam tubuh obat malaria dapat dikelompokkan menjadi :
Obat schinzotisid darah
- Terdiri dari : kinin, klorokuin, halofantrin, meflokuin, pirimetamin+sulfadoksin, alovaquon+proguanil dan artemeter.
- Berkhasiat mematikan bentuk darah dan digunakan pada serangan demam
- Senyawa ini tidak menghalangi infeksi eritrosit namun menekan timbulnya gejala klinis
Obat schinzotisid hati
- Terdiri dari : proguanil, primakuin, dan doksisiklin.
- Khusus digunakan sebagai profilaksis kausal karenan memusnahkan bentuk EE dalam sel hati.
- Obat ini menghindari penetrasi ke dalam eritrosit dan demikian mengahalangi serangan.
Penggolongan Lain
Obat pencegah
- Proguanil dan pirimethamin, Berkhasiat terhadap bentuk EE primer dalam hati dari P falciparum dan P vivax sedangkan P malariae hanya peka untuk sebagian
- Primakuin juga aktif terhadap bentuk ini tetapi terlalu toksis untuk digunakan dalam jangka waktu lama sebagai obat pencegah
Obat penyembuh/pencegah demam
- Berkhasiat terhadap siklus darah, mematikan trofozoid serta schizont dan dengan demikian menghentikan atau mencegah gejala klinis.
- Kinin bekerja lambat
- Artemeter dan klorokuin bekerja cepat dan kuat sehingga banyak digunakan sebagai pencegah, tetapi karena meningkatnya resistensi klorokuin obat ini digantikan dengan meflokuin yang di AS dianggap sebagai obat yang paling unggul.
Obat pencegah kambuh
- Primakuin, obat ini mematikan bentuk EE sekunder dari malaria tertiana dan kwartana. Primakuin adalah satu-satunya obat yang sangat efektif untuk terapi jangka singkat.
Obat Gametosid (pencegah tersebarnya penyakit)
- Primakuin dalam dosis kecil efektif dalam 3 hari
- Proguanil dan pirimethamin tidak mematikan gametosid tetapi merintangi perkembangannya di tubuh nyamuk
- Klorokuin bekerja gametosid terhadap plasmodium vivax, ovale dan malariae tetapi tidak pada plasmodium falciparum.
- Kinin aktif terhadap gametosid plasmodium vivax dan malariae,
Pengobatan
- Pada umumnya penderita diberikan analgetik dan antipiretik seperti asetosal dan parasetamol.
- Untuk menanggulangi dehidrasi dan shock dapat diberikan carian dalam bentuk infus atau peroral
- Seuai dengan tujuan terapi yang ingin dicapai, maka dapat dipilih obat-obat yang sesuai
- Yang harus diperhatikan jika yang terserang adalah orang asing, yang belum pernah mengalami infeksi parasit malaria maka akan membutuhkan jenis atau lama terapi yang berlainan daripada rakyat setempat yang umumnya sudah memiliki sekedah semi imun.
- Terapi tergantung pada keadaan
- Malaria tersiana/kwartana
Biasanya ditanggulangi dengan klorouin yang kerjanya cepat selama 2-4 hari. Plasmodium vivax yang resisten terhadap klorokuin dapat ditangani dengan meflokuin single dose 500 mg sesudah makan atau dengan menggunakan kinin maksimal 3 kali sehari 600 mg selama 4-7 hari. Tetapi harus selalu dilanjutkan dengan primakuin 15mg/hari selama 14 hari untuk mematikan bentuk EE dan menghindari kambuhnya penyakit.
Bila terdapat mual muntah perlu diberikan kinin secara intravena
- Malaria Tropika
- Jika tidak terlalu parah dapat diobati dengan klorokuin. Jika terdapat multiresisten untuk klorokuin dapat diberikan obat lain yakni kini +doksisiklin dimulai dengan hari pertama 200 mg lalu 1 kali 100 mg selama 6 hari. Atau bisa dengan memberikan meflokuin 2 dosis masing 10 dan 15 mg/kg BB dengan interval 46 jam
- Jika malaria tropika parah dan komplikasi
Dimulai dengan kinin parenteral kemudian disusul dengan pemberian oral. Pada malaria tropika menghasilkan penyembuhan tuntas karena tidak terdapat stadium EE maka terapi tidak perlu disusul dengan primakuin.
Kehamilan dan Laktasi
- Klorokuin dan proguanil boleh digunakan, klorokuin merupakan pilihan pertama terhadap serangan dan profilaksis pada kehamilan juga selama lakatasi.
- Pada malaria tropika yang resisten terhadap klorokuin dapat digunakan kinin dengan dosis rendah karena pada dosis tinggi sekali kinin bekerja teratogen dan abortif.
- Meflokuin dan sediaan kombinasi pirimethamin+sulfadoksin tidak dapat diberikan selama triwulan pertama tetapi pada triwulan kedua dan ketiga sampai dengan minggu ke 34 umumnya dianggap aman
- Halofrantin, primakuin dan doksisiklin tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan selama laktasi.
- Untuk Artemeter belum terdapat cukup data tetapi pada kasus darurat mungkin aman pada trimester kedua dan ketiga
Leave a Reply